Dalam dunia ini, adalah tidak mungkin
untuk memenuhi seluruh keinginan kita. Tak perduli bagaimana kuat dan
berpengaruhnya seseorang, ia akan tetap mengalami frustrasi. Ia akan
menginginkan sesuatu yang tidak dimilikinya. Ketika ia telah
memilikinya, ia menginginkan yang lebih banyak atau sesuatu yang lainnya
lagi. Keinginan yang tak terpuaskan adalah wajar bagi setiap insan di
dunia ini.
Dalam kenyataannya, keinginan akan cinta
orang lain selalu menimbulkan frustrasi. Jika seseorang jatuh cinta dan
mengetahui bahwa perasaannya tidak terbalas, ia menjadi patah hati. Hal
ini sering terjadi di kalangan muda. Bahkan keadaan yang sudah jelas
menyenangkan dapat berubah secara tiba-tiba. Sebagai contoh: * Siapa
yang menikahi gadis itu? Suatu ketika seorang pemuda sangat mencintai
seorang gadis dari kota lain. Setiap hari ditulisnya surat yang panjang
kepada sang gadis, untuk mengutarakan cintanya. Setelah mengirim tidak
kurang dari ratusan surat, pemuda ini mengalami hal yang menyakitkan,
sang gadis jatuh cinta dan menikah dengan tukang pos yang mengantarkan
surat-surat tersebut. Sejumlah orang jatuh cinta pada pandangan pertama
dan tetap bahagia sampai akhir hidup mereka. Sedang yang lainnya jatuh
cinta pada pandangan pertama, hanya untuk menyadari bahwa ia hanya
tergila-gila dan menyesalinya kemudian. Tetapi kebanyakan, cinta
membutuhkan waktu untuk berkembang. Karena itu, jika cinta tidak cepat
berkembang, seseorang jangan terlalu mudah kecil hati.
Ada pepatah menyatakan bahwa seorang
pengecut tidak pernah memikat hati seorang wanita cantik. Artinya bahwa
seseorang yang terlalu cepat putus asa tidak akan dapat menikah dengan
gadis yang diinginkannya. Sejumlah orang dapat bertingkah laku secara
dewasa dan perlahan-lahan menarik perhatian orang lain dengan keramahan,
pengertian, ketabahan dan kasih sayang untuk sesama. Orang tidak boleh
seenaknya atau egois dalam mengungkapkan perasaannya. Bagaimanapun,
perasaan manusia, seperti juga semua yang ada di alam, akan berubah.
Jika seseorang dapat bertingkah laku baik, selalu ada kesempatan bahwa
lawan jenisnya akan menyadari sifat-sifat baiknya dan timbul rasa
simpati terhadap orang tersebut, tapi kesemuanya ini memerlukan waktu.
Tetapi harus ada batas dalam usaha memikat hati lawan jenis, terutama
jika jawabannya sudah jelas ‘TIDAK’ dan orang tersebut seharusnya tidak
menjadi ekstrim dalam mengutarakan cintanya. Seseorang seharusnya
memberikan hak kepada orang lain untuk membuat keputusannya sendiri dan
menghormati keputusan tersebut. Tidak ada ketentuan bahwa cinta
seseorang harus dibalas. Dalam keadaan dimana cinta seseorang tidak
terbalas, jalan yang terbaik bagi kedua belah pihak adalah saling
mengharapkan kebahagiaan pada masa yang mendatang dan tetap sebagai
teman tanpa menimbulkan gangguan apapun kepada pribadi masing-masing
atau menyusahkan diri mereka sendiri. *
Guna-guna yang sangat manjur
Suatu ketika seorang pemuda menginginkan
gadis idamannya membalas cintanya. Pemuda ini mencoba mengirimkan
bunga-bunga dan hadiah-hadiah tetapi gadis tersebut tidak menanggapi.
Setelah mencoba berbagai cara tetapi tetap gagal untuk memikat gadis
tersebut, akhirnya ia memikirkan sebuah rencana untuk memakai guna-guna
cinta (pelet), dan ia pun pergi ke vihara untuk membujuk seorang bhikkhu
untuk membuatkan guna-guna tersebut untuknya. “Maaf, kami tidak membuat
guna-guna cinta di sini”, sahut bhikkhu itu. “Jika gadis tersebut tidak
tertarik kepadamu, cobalah untuk mencari yang lain”. Tetapi pemuda
tersebut bersikeras bahwa ia hanya menginginkan gadis itu. Karena tidak
sanggup membujuknya dengan nasihat, bhikkhu itu mencoba cara lain.
“Baiklah”, katanya, “Bawalah minyak ini bersamamu. Ketika engkau bertemu
dengannya pagi-pagi sekali oleskan pada dahinya”. Keesokan harinya
pemuda itu bangun pagi-pagi sekali, dengan tidak sabar menunggu gadis
itu keluar dari rumahnya. Begitu ia keluar dengan sapu di tangan untuk
menyapu halaman, pemuda itu lari menghampirinya, mencelupkan jarinya
kedalam botol minyak dan mengoleskannya pada dahi gadis itu seperti yang
diperintahkan oleh sang bhikkhu. Sang gadis itu tidak hanya merasa
jijik, tetapi malah menjadi sangat marah, sehingga ia mengejar pemuda
itu, dan memukulnya dengan sapu. Pemuda itu mendapat pelajaran pahit
tentang guna-guna cinta, dan memutuskan untuk mengalihkan cintanya
kepada gadis lain yang menyukainya. Akhirnya karena kejadian ini, ia
menjadi cukup bijaksana untuk menikahi gadis yang benar-benar
mencintainya. *
Perceraian
Dalam setiap hubungan percintaan, selalu
ada kemungkinan untuk bercerai. Hubungan yang seperti mimpi telah
menjadi hambar dan kedua pihak yang terlibat dapat melihat kedatangan
perpisahan itu. Dalam perceraian ada perasaan yang terluka, terutama
apabila perasaan seseorang telah terikat seluruhnya menjadi satu. Simpul
perasaan harus diputuskan cepat atau lambat, dan setiap kali mereka
diputuskan, pihak-pihak yang terlibat akan sedikit berduka. Setiap orang
harus menerima kenyataan bahwa untuk beberapa saat, ia akan mengalami
perubahan yang tajam pada perasaannya. Ingatan terhadap hal-hal yang
dikatakan atau dilakukan akan timbul secara tiba-tiba dan akan
menimbulkan berbagai macam perasaaan. Dalam keadaan demikian, sejumlah
orang bertingkah laku seperti korban yang terluka. Jika tidak ada
sesuatupun yang dapat dilakukan untuk mencegah perceraian, hal yang
pertama-tama harus dilakukan adalah menerimanya sebagai sesuatu yang tak
dapat dihindarkan. Sebelum melakukannya, seseorang akan ‘lumpuh’,
dengan pikiran yang terus menerus mempertanyakan bagaimana caranya untuk
memperbaiki sesuatu yang tak dapat diperbaiki.
Seseorang harus siap untuk menjalani
beberapa tahapan emosi sebelum pulih akibat perceraian. Pertama-tama
akan terjadi goncangan. Sulit dipercaya bahwa perceraian telah terjadi,
setelah itu harga dirinya akan jatuh. Ia merasa sangat malu, terutama
kepada dirinya sendiri. Setelah goncangan dan menemukan cara untuk
mengembalikan harga dirinya, ia harus menghadapi kesepian dari
kesendiriannya. Tetapi pada akhirnya ini akan berakhir juga. Tidak akan
menghilang dalam sehari atau seminggu, prosesnya memakan waktu, tetapi
pasti akan berakhir. Selama periode ini, ia harus mencoba setahap demi
setahap. Jangan memikirkan yang telah lampau atau terlalu
mengkhawatirkan masa mendatang. Cara ini membantunya untuk melalui
hari-hari yang sangat buruk. Dan kemudian, tanpa disadarinya, ia sudah
tidak dipengaruhi lagi oleh perceraian, dan benar-benar bebas kembali.
Dia harus menghindari dari melakukan kebodohan selama waktu penyesuaian.
Sering kita membaca dari koran-koran yang memuat tragedi-tragedi
seperti bunuh diri, kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh
orang-orang yang patah hati. Ada sebuah kasus mengenai seorang pemuda
yang terjun ke sungai dan tenggelam, dengan surat-surat cintanya yang
terbungkus rapi dalam sebuah kantong plastik tersimpan di kantongnya. Ia
patah hati karena kekasihnya memutuskan untuk menikah dengan laki-laki
lain. Pemuda ini melakukan bunuh diri secara fisik. Banyak orang
melakukan pembunuhan perasaannya, dengan menjadi gila karena frustrasi
dan sangat kecewa dengan hubungan cinta yang putus. Sedang yang lainnya
tidak mau menikah atau jatuh cinta lagi setelah hubungan cintanya
kandas. Mengapa orang-orang harus mengalami penderitaan ini? Tidak lain
karena mereka tidak mempunyai pengertian tentang ketidak-pastian hidup
dan karena itu terperangkap dalam pergolakan perasaan. Mereka memperkuat
ikatan kasih sayang dan memupuk harapan-harapan yang tidak masuk akal.
Seseorang yang lebih mengerti alam
kehidupan ini akan mengetahui bahwa hidup dipengaruhi oleh delapan
keadaan duniawi. Seperti ombak di samudra demikianlah delapan keadaan
ini berpengaruh. Saat yang menyenangkan akan disambut dengan tangan
terbuka, dan saat yang tidak menyenangkan agak sulit untuk dipikul.
Seperti sebuah pendulum yang berayun ke depan dan belakang, keadaan yang
diinginkan dan tak diinginkan berlaku di dunia ini dari setiap orang
tanpa kecuali harus menghadapinya. Seseorang dapat menikmati keuntungan,
tetapi untuk setiap keuntungan juga ada bahaya kerugian. Seperti
terjadi pada popularitas, pujian dan kebahagiaan, yang bisa menimbulkan
resiko negatifnya, yaitu: difitnah, dicela dan menderita. Bagaimanapun,
setiap kejadian akan membawa harapan bahwa keadaan akan berubah menjadi
lebih baik. Suatu kerugian dapat menjadi dasar untuk keuntungan yang
akan datang, sementara ketidak-terkenalan dapat berubah menjadi
terkenal, celaan menjadi pujian, dan penderitaan menjadi kebahagiaan.
Itulah ketidak-tetapan keadaan duniawi. Dan persoalan cinta juga
merupakan keadaan duniawi. Cinta antara dua manusia dapat tumbuh secara
mendalam dan dewasa, bersikap saling memberi, saling menghormati dan
saling berbagi rasa. Tetapi juga dapat menjadi hambar bila pihak-pihak
yang terlibat saling mengabaikan atau ketika keadaannya yang berubah
tanpa ada satu pihak pun yang salah.
Salah satu cara untuk menghibur
penderitaan batin yang mendalam atau frustasi adalah dengan
membandingkan kadar/tingkat penderitaan dan kesulitan kita dengan yang
dialami oleh orang-orang lain. Anda menyangka bahwa dunia akan kiamat.
Tetapi, jika anda mencoba untuk melihat penderitaan orang lain dan
mencoba untuk menghitung berkah-berkah yang anda dapatkan, anda akan
terkejut menyaksikan betapa banyak orang yang lebih menderita daripada
anda. Singkatnya, anda telah terlalu membesar-besarkan penderitaan anda.
Banyak yang lebih menderita daripada anda, tetapi mereka tidak terlalu
mengkhawatirkannya. Metoda lain untuk mengatasi persoalan anda adalah
mengingat apa yang pernah anda alami dengan keadaan yang sama atau lebih
buruk daripada persoalan anda yang sekarang dan bagaimana anda, dengan
kesabaran dan usaha anda dapat mengatasi kesulitan anda. Dengan demikian
anda tidak akan membiarkan persoalan anda ‘menenggelamkan’ anda.
Sebaliknya anda akan menyiapkan cara untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang anda hadapi. Anda harus menyadari bahwa anda telah
melewati situasi yang lebih buruk dan anda telah siap dalam menghadapi
persoalan apapun. Dengan pikiran seperti itu, anda segera akan
memperoleh kembali kepercayaan diri anda dan akan dapat menghadapi dan
menyelesaikan setiap persoalan anda.
(Dikutip dari majalah BUDDHA CAKKHU
No.19/XI/90. Naskah Asli: How To Live Without Fear And Worry, Alih
bahasa: Winata, Editor Jayadhammo)