Sabtu, 26 September 2015

8 Jalan Utama yang dilakukan umat Buddhis

Ada 8 jalan utama yang merupakan jalan untuk menghindari karma buruk oleh umat Buddhis

1. Pengertian Benar (sammâ-ditthi)
2. Pikiran Benar (sammâ-sankappa) Sila
3. Ucapan Benar (sammâ-väcä)
4. Perbuatan Benar (sammâ-kammanta)
5. Pencaharian Benar (sammâ-ajiva) Samâdhi
6. Daya-upaya Benar (sammâ-vâyama)
7. Perhatian Benar (sammâ-sati)
8. Konsentrasi Benar (sammâ-samâdhi)


Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga) dibabarkan sebagai berikut:
1. Pengertian Benar (Sammã Ditthi)
    Pemahaman Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan terhadap
    a. Empat Kesunyataan Mulia
    b. Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
    c. Hukum Paticca-Samuppäda
    d. Hukum Kamma

2. Pikiran Benar (Sammã Sankappa)
    Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari:
    a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
    b. Pikiran yang bebas dari kebencian (avyäpäda-sankappa)
    c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsä-sankappa)

3. Ucapan Benar (Sammã Vãca)
 Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã),            berucap kasar/caci maki (pharusavãcã), dan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini :
a. Ucapan itu benar
b. Ucapan itu beralasan
c. Ucapan itu berfaedah
d. Ucapan itu tepat pada waktunya

4. Perbuatan Benar (Sammã Kammantã)
   Perbuatan Benar adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan melakukan          perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan (asusila), perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.

5. Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:
a. makhluk hidup
b. senjata
c. daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup
d. minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan,
e. racun

Dan terdapat pula lima pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:
a. Penipuan
b. Ketidak-setiaan
c. Penujuman
d. Kecurangan
e. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)

6. Usaha Benar (Sammã Vãyama)
Usaha Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah munculnya kejahatan baru, berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada, berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul, berusaha memajukan kebaikan yang telah ada.

7. Perhatian Benar (Sammã Sati)
Perhatian Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:
- perhatian penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap perasaan (vedanãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap pikiran (cittanupassanã)
- perhatian penuh terhadap mental/batin (dhammanupassanã)

Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai Vipassanã Bhãvanã.

8. Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)

Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini disebut dengan Samatha Bhãvanã. Tingkatan-tingkatan konsentrasi dalam pemusatan pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam empat proses pencapaian Jhana, yaitu:

- Bebas dari nafsu-nafsu indria dan pikiran jahat, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna pertama, di mana vitakka (penempatan pikiran pada objek) dan vicãra (mempertahankan pikiran pada objek) masih ada, yang disertai dengan kegiuran dan kesenagan (piti dan sukha).

- Dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna kedua, yang merupakan ketenangan batin, bebas dari vitakka dan vicãra, memiliki kegiuran (piti) dan kesenangan (sukha) yang timbul dari konsentrasi.

- Dengan meninggalkan kegiuran, ia berdiam dalam ketenangan, penuh perhatian dan sadar, dan merasakan tubuhnya dalam keadaan senang. Dia masuk dan berdiam dalam Jhãna ketiga.

- Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan, dia memasuki dan berdiam dalam Jhãna keempat, keadaan yang benar-benar tenang dan penuh kesadaran di mana kesenangan dan kesedihan tidak dapat muncul dalam dirinya.

Siswa yang telah berhasil melaksanakan Delapan Jalan Utama memperoleh :

1. Sila-visuddhi - Kesucian Sila sebagai hasil dari pelaksanaan Sila dan terkikis habisnya Kilesa (Kekotoran batin).
2. Citta-visuddhi - Kesucian Bathin sebagai hasil dari pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana (Rintangan batin).
3. Ditthi-visuddhi - Kesucian Pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan Pañña dan terkikis habisnya Anusaya (Kecenderungan berprasangka).


Jumat, 25 September 2015

Paritta Namaskara Gatha


Namaskara Gatha adalah syair yang diucapkan ketika kita melakukan sujud kepada Buddha Dhamma dan Sangha. Setiap kita berdoa di depan altar kita wajib bersujud atau bernamaskara. Sebelum bersujud atau bernamaskara kita wajib mengucapkan kalimat Namaskara Gatha.

Namaskara Gatha berasal dari dua kata yaitu Namaskara dan Gatha. Kata Namaskara berarti menghormat dengan cara bersujud dengan membentuk lima titik di lantai, dan kata Gatha artinya syair. Jadi Namaskara Gatha artinya syair yang dibacakan ketika hendak melakukan penghormatan dengan cara bersujud.

Namaskara Gatha ini khusus ditujukan kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha yang disebut Tri Ratna. Jadi jika kita melakukan Namaskara bukan kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha, maka tidak perlu membacakan Namaskara Gatha. Jika kita bersujud kepada para Bodhisatva, Orang tua, bhikkhu, dll dilakukan tanpa membacakan Namaskara Gatha.

Membacakan Namaskara Gatha hendaknya dilakukan dengan penuh hikmat. Artinya ketika kita membacakan Namaskara Gatha hendaknya dengan hati yang tulus dan meresapi arti kata per kata yang dikandung dalam syair tersebut. Adalah tidak sopan bila membacakan Namaskara Gatha dengan nada dan suara yang tidak pas. Nada yang tidak pas adalah bila dibacakan dengan nada yang tidak teratur misalnya terlalu lembek tau pelan atau terlalu cepat. Sura yang tidak pas dalam membaca Namaskara Gataha misalnya jika membacanya atau melafalkannya dengan suara yang teralalu keras atau dengan suarua yang terlalu lemah. Pengucapan kata per kata harus jelas dan penuh kekuatan.

Namaskara Gatha umumnya dibacakan secara bersama-sama ketika kebaktian umum akan dimulai. Tetapi Namaskara juga boleh dibacakan secara perorangan ketika ia hendak bernamaskara. Membaca Namaskara hendaknya tidak hanya hafal syair nya saja, tetapi hendaknya mengerti dan meresapi arti kalimat tersebut. Namaskara Gatha dibaca dan diartikan sebagai berikut :

Namaskara Gatha

“ARAHANG SAMMASAMBUDDHO BHAGAVA, BUDDHANG BHAGAVANTANG ABHIVADEMI”
(Sujud 1 x)

Artinya: “Bhagava Yang Maha Suci Yang telah Mencapai Penerangan Sempurna, Aku bersujud kepada Buddha, Sang Bhagava”

“SVAKKHATO BHAGAVATA DHAMMO, DHAMMANG NAMASSAMI”
(Sujud 1 x)

Artinya: “Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Bhagava, Aku bersujud kepada Dhamma”

“SUPATIPANNO BHAGAVATO SAVAKASANGHO, SANGHANG NAMAMI” (Sujud 1 x)

Artinya: “Sangha Siswa Bhagava telah bertindak sempurna, Aku bersujud kepada Sangha”

Demikian keterangan dan makna dari paritta ini,dan kita harus membaca dengan hati yang tulus...


Rabu, 23 September 2015

Roh,hantu,setan,kemasukan mahluk gaib, ...dari sudut pandang Buddhis gimana?



Kadang aku pernah bertanya pada diri sendiri, dan merasa heran, apa benar ada hantu..dan sering membuat aku ketakutan.ini sering terjadi saat berjalan sendiri terasa bulu roma berdiri,entah karena kedinginan atau karena ada hantu yang bakalan datang.
Dulu semasa aku zaman esde, sering ditakutin sama teman saat melihat orang meninggal karena kecelakaan, yang parah nya teman ku ini mengatakan bahwa roh nya tadi malam nya datang mencari aku,karena ketakutan sampai seminggu ngak keluar rumah,begitu pulang sekolah langsung kekamar,beli hu thau(zimat) tempel didepan pintu kamar.tidak berani nonton film horor ..😂 .
Masih ingat kan jelangkung, nah ini sampai sekarang masih trauma..pernah juga, kurang kerjaan dengan teman2 mencoba permainan ini,teman ku kemasukan aku dengan beberapa teman lari terbirit hingga sandal yang baru dibeli pun hilang, entah diambil sama hantu nya atau ketinggalan hingga sekarang masih misteri..😁
Ini singkat ceritaku tentang masa kalau mengingat judul artikel ini.

Untuk membahas topik kali ini melalui jalur ajaran Sang Buddha, pertama tama saya tanya melalui via mbah google dan mendapatkan beberapa pemecahan masalah ini, kalo ditanya hantu atau setan tu ada gk sih..? Jawaban ny ada, trus menganggu gk? Hantu atau setan tidak pernah menganggu kita,karena alam mereka berbeda,penampakan atau sejenisny itu hanya ketakutan dari diri kita sendiri..ini beneran..pernah gk kita di lukai ma hantu?gk kan?klo pun ada segera visum,tuntut,selesai..kan?😁

Skrg sudah mengerti melalui ajaran Buddhis aku mendapatkan jawaban ny...

Khotbah di luar dinding
Tirokuddham sutta

1.
Di luar dinding mereka berdiri dan menunggu,
Dan di perempatan serta pertigaan jalan:
Kembali ke rumah mereka yang dahulu,
Mereka menunggu di samping tiang-tiang gerbang.

2.
Tetapi ketika pesta besar disiapkan
Dengan beraneka ragam makanan dan minuman,
Bahwasanya tak seorang pun mengingat
Mahluk-mahluk itu berasal dari tindakan-tindakan lampau mereka.

3.
Demikianlah mereka yang (adalah) penuh kasih sayang
Di hati memberi bagi sanak saudara
Minuman dan makanan seperti itu yang murni
Dan baik serta cocok pada saat-saat ini:

4.
‘Maka biarlah ini untuk sanak-saudara
’‘Semoga sanak-saudara memperoleh kebahagiaan.
’Mahluk-mahluk halus dari sanak saudara yang telah meninggal ini
Yang berhimpun dan berkumpul di sana

5.
Dengan bersemangat akan memberikan berkah mereka
Atas beraneka ragam <berlimpah> makanan dan minuman:
‘Maka semoga sanak saudara kita berumur panjang,
‘Oleh karena merekalah kita memiliki perolehan ini;

6.
‘Karena penghormatan bagi kita telah dilakukan,
‘Tak ada pemberi yang pernah kekurangan buah.
’Karena di sana tidak pernah ada pembajakan,
Tidak juga terdapat pengembalaan-ternak apa pun,

7.
Sama juga tidak ada perdagangan,
Tidak juga pertukaran uang emas:
Mahluk halus sanak-saudara yang telah meninggal itu
Hidup di sana dari pemberian yang diberikan di sini;

8.
Seperti air hujan yang tercurah di bukit
Mengalir turun mencapai lembah yang kosong,
Demikianlah pemberian yang diberikan di sini dapat berguna
Bagi setan sanak-saudara yang telah meninggal.

9.
Seperti dasar-sungai yang bila penuh dapat menampung
Air yang turun mengisi lautan,
Demikian pula pemberian yang diberikan di sini dapat berguna
Bagi mahluk halus sanak- keluarga yang telah meninggal.

10.
‘Dahulu dia memberi kepadaku, dia bekerja untukku,
‘Dahulu dia adalah sanak –saudaraku, temanku, sesamaku’.
Maka berikan dana bagi mereka yang telah meninggal,
Dengan mengingat apa yang dahulu biasa mereka lakukan.

11.
Bukan ratap nangis, bukan pula kesedihan,
Bukan berkabung jenis apa pun, menolong
Mereka  yang telah meninggal, yang sanakv-saudaranya tetap
(Tidak bisa menolong mereka dengan bertindak) demikian.

12.
Tetapi ketika persembahan ini diberikan
Dan ditempatkan dengan baik di dalam Sangha
Bagi mereka, maka dana itu bisa berguna lama
Bagi mereka di masa depan dan juga segera.

13.
Demikianlah, Dhamma bagi sanak-saudara telah ditunjukkan,
Juga bagaimana penghormatan yang tinggi bagi yang telah meninggal dilakukan,
Dan bagaimana para Bhikkhu dapat pula diberi kekuatan,
Dan bagaimana jasa kebaikan yang besar dapat disimpan olehmu.
 
Kesimpulan dari semua ini, kita sebagai umat buddhis jangan lupa akan manfaat dari pelimpahan jasa...ini penting mengingat ada makluk di alam Peta, maka ny kalo ditanya ma Bhante mana pun,hantu tuh ada ngk? Pasti jawaban nya ada.
Kan kita tau makna dari pelimpahan jasa...ni ku jelasin..😇
Pelimpahan jasa itu.....hmmm😯 ..ya..inti ny melakukan perbuatan baik atas nama leluhur,orang yang tlah jauh,wafat....
Stlah mengerti,skrg melihat atau mendengar hal hal gaib ya biasa aj...tp jgn ditakuti y..aku pasti terkejut..😆
Ok..sampai disini dulu y..sampai ketemu artikel selanjut nya..by😉.


Rabu, 16 September 2015

Tujuan umat buddhis berdana di hari Kathina

Hari khathina sudah dekat, saat nya umat buddhis berdana kepada bhikhu/i. Membicarakan khathina,pasti harus tahu arti dari khathina ini..
Saya akan membahas dari awal nya dulu ya...

Arti dari Khathina.

Hari Suci Kathina adalah suatu bentuk upacara keagamaan dalam agama buddha yang terpenting. Dimana umat buddha mendapatkan satu kesempatan untuk membaktikan dirinya kepada Sangha dengan memberi persembahan, seperti jubah, dana makan, obat-obatan, serta keperluan yang lainnya dalam mendukung kehidupan dan kelestarian Sangha serta Buddha Dhamma. Sebab itu kathina juga sebagai hari bakti umat buddha kepada sangha.

Ada beberapa hal yang tidak dapat kita pisahkan dengan hari kathina tersebut, yaitu hari persembahan jubah kepada Sangha setiap setahun sekali, setelah para bhikkhu sangha melakukan latihan diri selama masa vassa selama tiga bulan. Massa vassa adalah suatu bentuk latihan dan penggemblengan diri pribadi bhikkhu untuk berlatih pendalaman dhamma melalui meditasi, memanjatkan paritta-paritta suci, introspeksi diri dan lainya. Serta umat Buddha mendapat kesempatan dalam berdana paramita kepada Sangha. Karena dana yang diberika kepada Sangha pada waktu bulan kathina sangat tinggi nilainya, dan merupakan benih kebajikan pada ladang yang subur. Oleh karena itu, marilah kita tanamkan kembali benih yang kita miliki di saat yang istimewa ini dengan berdana kepada Sangha. Adapun syarat yang harus dipenuhi agar dana yang kita persembahkan ini menjadi dan yang bermanfaat, yaitudana yang dipersembahkan tentunya berasal dari hasil perbuatan yang baik dan di dasari dengan kehendak yang baik sebelum, pada saat, serta setelah berdana sehingga dana yang kita persembahkan kepada yang patut menerimanya, akan membawa banyak manfaat.

Begitu pula hari kathina adalah saat yang tepat untuk mengikuti keteladanan dan kegigihkan seorang manusia dalam perjuangan mencapai kesempurnaan atas usaha sendiri. Siddharta bukanlah seorang manusia yang lahir dari dunia mistik, tetapi beliau adalah manusia yang berjuang membangun dirinya secara utuh demi kemanusiaan dan keberhasilan dan beliau telah berhasil. Sejak peristiwa agung penerangan sempurna itulah dikenal sebagai Buddha Sakyamuni. Perjuangan, pengabdiannya dipersembahkan kepada dunia ini adalah kekuatan keyakinan bagi umat Buddha yang tiada habisnya.

Sejarah hari Kathina

Sekilas tentang istilah Kathina berasal dari sebilah bambu atau kayu yang dibuat kerangka dimana kain yang akan dijahit dikembangkan terlebih dahulu. Bhikkhu yang tidak trampil untuk menjahit, melakukan dengan cara demikian. Sang Buddha mengizinkan perpanjangan waktu untuk membuat jubah. Biasanya waktu dalam pembuatan jubah hanya pada waktu terahkir bulan dari masa vassa atau musim hujan dibulan kathika. Jika jubah lagi dikerjakan, maka batas itu diperpanjang sepanjang musim dingin. Terlebih lagi dalam pembuatan jubah bhikkhu merupakan peristiwa yang bersejarah.

Bagi para bhikkhu yang akan melaksanakan kathina harus melaksanakan vassa selama tiga bulan penuh lamanya di satu vihara (avasa) dengan lima atau lebih bhikkhu lainya. Kain yang diserahkan kepada sangha cukup membuat ticivara dan sangha setuju dalam satu hari juga menginformasikan kepada bhikkhu yang diberikan kepada Sangha untuk menyatakan terima kasih atau anumodhana. Kain tersebut tidak diperkenankan kain yang bukan miliknya, misalnya kain pinjaman, atau yang diperoleh dengan tidak benar, tentunya kain yang digunakan itu adalah kain yang didapat secara wajar. Kain itu harus segera dibuat jubah, tidak boleh disimpan semalam. Kain yang telah disimpan satu malam tidak boleh di gunakan untuk kain kathina.

Sangha yang memberikan jubah yang harus paling tidak lima bhikkhu dan tidak boleh kurang dari lima bhikkhu karena salah satu ditunjuk untuk menerima kain kathina dan menjahitnya menjadi jubah dan empat lagi membentuk Sangha. Atthakatha Acariya yang menyusun menjelaskan bahwa kain kathina harus diberikan kepada Sangha kepada bhikkhu yang memakai jubah yang lusuk (tua) jika banyak bhikkhu yang demikian, maka kain Kathina diberikan kepada Bhikkhu yang memiliki vassa yang lebih tinggi. Apabila bhikkhu sama masa vassanya, maka kain kathina diberikan kepada bhikkhu maha purissa.

Hari kathina...kapan?
Nah..ini pertanyaan nya...kapan diadakan?
Hari Kathina merupakan hari raya keempat dalam agama Buddha, merupakan hari perayaan. Perayaan Hari Kathina diadakan sebagai ungkapan perasaan terima kasih umat Buddha kepada anggota Sangha yang telah memberikan bimbingan pada umat. Pada Hari Kathina juga sebagai ucapan “selamat” kepada pada bhikkhu yg telah selesai menjalankan masa vassa selama tiga bulan di suatu vihara. Masa vassa adalah “masa diam” bagi bhikkhu yang dilaksanakan pada sehari setelah Hari Asadha berakhir pada purnama tiga bulan kemudian. Dalam perhitungan Kalender Masehi, biasanya terjadi pada Juli sampai Oktober.

Adapun contoh perhitungan hari kathina sebagai berikut,

Tahun 2014 ini Hari Asadha 2558 (purnama) jatuh pada Jumat 11 Juli 2014. Mulai Sabtu 12 Juli 2014 para bhikkhu memasuki masa vassa sampai purnama 3 bulan kemudian, berarti sampai dengan Rabu 8 Oktober 2014. Purnama 8 Oktober 2014 ini dinamakan Hari Pavarana. Hari ini belum boleh dilaksanakan Upacara Kathina 2558. Mulai esok harinya, Kamis 9 Oktober 2014 selama satu bulan boleh dilaksanakan upacara Kathina di vihara sampai dengan purnama bulan berikutnya yang jatuh pada Jumat, 7 November 2014. Masa satu bulan ini disebut Kathina Kala. Setelah 7 November 2014 Perayaan Kathina 2558 sudah tidak boleh dilakukan lagi.

Sebagai tambahan, pada Hari Pavarana ini menurut “tradisi” agama Buddha dilaksanakan “siripada puja”, atau puja menghormat telapak kaki.Menurut cerita suatu ketika seekor raja naga mohon agar Sang Buddha menganugerahkan suatu kenangan agar para naga dapat senantiasa mengingat beliau. Sang Buddha menekankan kaki (pada) pada sebuah batu, sehingga batu tersebut membentuk “cap” telapak kaki. Karena batu tersebut terendam dalam sungai, maka pelaksanaan Siripada Puja dilaksanakan dengan “melarung” amisa puja (lilin, dupa dan bunga) melalui sungai sebagai symbol menuju batu “bercap” telapak kaki Sang Guru Junjungan.

Demikian ringkasan ,agar kita tahu apa itu hari kathina,dan mengetahui arti hari kathina...


Minggu, 13 September 2015

Frustasi karena cinta

 Oleh : Yang Mulia Bhikkhu K Sri Dhammananda Nayaka Mahathera
 
Dalam dunia ini, adalah tidak mungkin untuk memenuhi seluruh keinginan kita. Tak perduli bagaimana kuat dan berpengaruhnya seseorang, ia akan tetap mengalami frustrasi. Ia akan menginginkan sesuatu yang tidak dimilikinya. Ketika ia telah memilikinya, ia menginginkan yang lebih banyak atau sesuatu yang lainnya lagi. Keinginan yang tak terpuaskan adalah wajar bagi setiap insan di dunia ini.
Dalam kenyataannya, keinginan akan cinta orang lain selalu menimbulkan frustrasi. Jika seseorang jatuh cinta dan mengetahui bahwa perasaannya tidak terbalas, ia menjadi patah hati. Hal ini sering terjadi di kalangan muda. Bahkan keadaan yang sudah jelas menyenangkan dapat berubah secara tiba-tiba. Sebagai contoh: * Siapa yang menikahi gadis itu? Suatu ketika seorang pemuda sangat mencintai seorang gadis dari kota lain. Setiap hari ditulisnya surat yang panjang kepada sang gadis, untuk mengutarakan cintanya. Setelah mengirim tidak kurang dari ratusan surat, pemuda ini mengalami hal yang menyakitkan, sang gadis jatuh cinta dan menikah dengan tukang pos yang mengantarkan surat-surat tersebut. Sejumlah orang jatuh cinta pada pandangan pertama dan tetap bahagia sampai akhir hidup mereka. Sedang yang lainnya jatuh cinta pada pandangan pertama, hanya untuk menyadari bahwa ia hanya tergila-gila dan menyesalinya kemudian. Tetapi kebanyakan, cinta membutuhkan waktu untuk berkembang. Karena itu, jika cinta tidak cepat berkembang, seseorang jangan terlalu mudah kecil hati.
Ada pepatah menyatakan bahwa seorang pengecut tidak pernah memikat hati seorang wanita cantik. Artinya bahwa seseorang yang terlalu cepat putus asa tidak akan dapat menikah dengan gadis yang diinginkannya. Sejumlah orang dapat bertingkah laku secara dewasa dan perlahan-lahan menarik perhatian orang lain dengan keramahan, pengertian, ketabahan dan kasih sayang untuk sesama. Orang tidak boleh seenaknya atau egois dalam mengungkapkan perasaannya. Bagaimanapun, perasaan manusia, seperti juga semua yang ada di alam, akan berubah. Jika seseorang dapat bertingkah laku baik, selalu ada kesempatan bahwa lawan jenisnya akan menyadari sifat-sifat baiknya dan timbul rasa simpati terhadap orang tersebut, tapi kesemuanya ini memerlukan waktu. Tetapi harus ada batas dalam usaha memikat hati lawan jenis, terutama jika jawabannya sudah jelas ‘TIDAK’ dan orang tersebut seharusnya tidak menjadi ekstrim dalam mengutarakan cintanya. Seseorang seharusnya memberikan hak kepada orang lain untuk membuat keputusannya sendiri dan menghormati keputusan tersebut. Tidak ada ketentuan bahwa cinta seseorang harus dibalas. Dalam keadaan dimana cinta seseorang tidak terbalas, jalan yang terbaik bagi kedua belah pihak adalah saling mengharapkan kebahagiaan pada masa yang mendatang dan tetap sebagai teman tanpa menimbulkan gangguan apapun kepada pribadi masing-masing atau menyusahkan diri mereka sendiri. *
Guna-guna yang sangat manjur
Suatu ketika seorang pemuda menginginkan gadis idamannya membalas cintanya. Pemuda ini mencoba mengirimkan bunga-bunga dan hadiah-hadiah tetapi gadis tersebut tidak menanggapi. Setelah mencoba berbagai cara tetapi tetap gagal untuk memikat gadis tersebut, akhirnya ia memikirkan sebuah rencana untuk memakai guna-guna cinta (pelet), dan ia pun pergi ke vihara untuk membujuk seorang bhikkhu untuk membuatkan guna-guna tersebut untuknya. “Maaf, kami tidak membuat guna-guna cinta di sini”, sahut bhikkhu itu. “Jika gadis tersebut tidak tertarik kepadamu, cobalah untuk mencari yang lain”. Tetapi pemuda tersebut bersikeras bahwa ia hanya menginginkan gadis itu. Karena tidak sanggup membujuknya dengan nasihat, bhikkhu itu mencoba cara lain. “Baiklah”, katanya, “Bawalah minyak ini bersamamu. Ketika engkau bertemu dengannya pagi-pagi sekali oleskan pada dahinya”. Keesokan harinya pemuda itu bangun pagi-pagi sekali, dengan tidak sabar menunggu gadis itu keluar dari rumahnya. Begitu ia keluar dengan sapu di tangan untuk menyapu halaman, pemuda itu lari menghampirinya, mencelupkan jarinya kedalam botol minyak dan mengoleskannya pada dahi gadis itu seperti yang diperintahkan oleh sang bhikkhu. Sang gadis itu tidak hanya merasa jijik, tetapi malah menjadi sangat marah, sehingga ia mengejar pemuda itu, dan memukulnya dengan sapu. Pemuda itu mendapat pelajaran pahit tentang guna-guna cinta, dan memutuskan untuk mengalihkan cintanya kepada gadis lain yang menyukainya. Akhirnya karena kejadian ini, ia menjadi cukup bijaksana untuk menikahi gadis yang benar-benar mencintainya. *
Perceraian
Dalam setiap hubungan percintaan, selalu ada kemungkinan untuk bercerai. Hubungan yang seperti mimpi telah menjadi hambar dan kedua pihak yang terlibat dapat melihat kedatangan perpisahan itu. Dalam perceraian ada perasaan yang terluka, terutama apabila perasaan seseorang telah terikat seluruhnya menjadi satu. Simpul perasaan harus diputuskan cepat atau lambat, dan setiap kali mereka diputuskan, pihak-pihak yang terlibat akan sedikit berduka. Setiap orang harus menerima kenyataan bahwa untuk beberapa saat, ia akan mengalami perubahan yang tajam pada perasaannya. Ingatan terhadap hal-hal yang dikatakan atau dilakukan akan timbul secara tiba-tiba dan akan menimbulkan berbagai macam perasaaan. Dalam keadaan demikian, sejumlah orang bertingkah laku seperti korban yang terluka. Jika tidak ada sesuatupun yang dapat dilakukan untuk mencegah perceraian, hal yang pertama-tama harus dilakukan adalah menerimanya sebagai sesuatu yang tak dapat dihindarkan. Sebelum melakukannya, seseorang akan ‘lumpuh’, dengan pikiran yang terus menerus mempertanyakan bagaimana caranya untuk memperbaiki sesuatu yang tak dapat diperbaiki.
Seseorang harus siap untuk menjalani beberapa tahapan emosi sebelum pulih akibat perceraian. Pertama-tama akan terjadi goncangan. Sulit dipercaya bahwa perceraian telah terjadi, setelah itu harga dirinya akan jatuh. Ia merasa sangat malu, terutama kepada dirinya sendiri. Setelah goncangan dan menemukan cara untuk mengembalikan harga dirinya, ia harus menghadapi kesepian dari kesendiriannya. Tetapi pada akhirnya ini akan berakhir juga. Tidak akan menghilang dalam sehari atau seminggu, prosesnya memakan waktu, tetapi pasti akan berakhir. Selama periode ini, ia harus mencoba setahap demi setahap. Jangan memikirkan yang telah lampau atau terlalu mengkhawatirkan masa mendatang. Cara ini membantunya untuk melalui hari-hari yang sangat buruk. Dan kemudian, tanpa disadarinya, ia sudah tidak dipengaruhi lagi oleh perceraian, dan benar-benar bebas kembali. Dia harus menghindari dari melakukan kebodohan selama waktu penyesuaian. Sering kita membaca dari koran-koran yang memuat tragedi-tragedi seperti bunuh diri, kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang patah hati. Ada sebuah kasus mengenai seorang pemuda yang terjun ke sungai dan tenggelam, dengan surat-surat cintanya yang terbungkus rapi dalam sebuah kantong plastik tersimpan di kantongnya. Ia patah hati karena kekasihnya memutuskan untuk menikah dengan laki-laki lain. Pemuda ini melakukan bunuh diri secara fisik. Banyak orang melakukan pembunuhan perasaannya, dengan menjadi gila karena frustrasi dan sangat kecewa dengan hubungan cinta yang putus. Sedang yang lainnya tidak mau menikah atau jatuh cinta lagi setelah hubungan cintanya kandas. Mengapa orang-orang harus mengalami penderitaan ini? Tidak lain karena mereka tidak mempunyai pengertian tentang ketidak-pastian hidup dan karena itu terperangkap dalam pergolakan perasaan. Mereka memperkuat ikatan kasih sayang dan memupuk harapan-harapan yang tidak masuk akal.
Seseorang yang lebih mengerti alam kehidupan ini akan mengetahui bahwa hidup dipengaruhi oleh delapan keadaan duniawi. Seperti ombak di samudra demikianlah delapan keadaan ini berpengaruh. Saat yang menyenangkan akan disambut dengan tangan terbuka, dan saat yang tidak menyenangkan agak sulit untuk dipikul. Seperti sebuah pendulum yang berayun ke depan dan belakang, keadaan yang diinginkan dan tak diinginkan berlaku di dunia ini dari setiap orang tanpa kecuali harus menghadapinya. Seseorang dapat menikmati keuntungan, tetapi untuk setiap keuntungan juga ada bahaya kerugian. Seperti terjadi pada popularitas, pujian dan kebahagiaan, yang bisa menimbulkan resiko negatifnya, yaitu: difitnah, dicela dan menderita. Bagaimanapun, setiap kejadian akan membawa harapan bahwa keadaan akan berubah menjadi lebih baik. Suatu kerugian dapat menjadi dasar untuk keuntungan yang akan datang, sementara ketidak-terkenalan dapat berubah menjadi terkenal, celaan menjadi pujian, dan penderitaan menjadi kebahagiaan. Itulah ketidak-tetapan keadaan duniawi. Dan persoalan cinta juga merupakan keadaan duniawi. Cinta antara dua manusia dapat tumbuh secara mendalam dan dewasa, bersikap saling memberi, saling menghormati dan saling berbagi rasa. Tetapi juga dapat menjadi hambar bila pihak-pihak yang terlibat saling mengabaikan atau ketika keadaannya yang berubah tanpa ada satu pihak pun yang salah.
Salah satu cara untuk menghibur penderitaan batin yang mendalam atau frustasi adalah dengan membandingkan kadar/tingkat penderitaan dan kesulitan kita dengan yang dialami oleh orang-orang lain. Anda menyangka bahwa dunia akan kiamat. Tetapi, jika anda mencoba untuk melihat penderitaan orang lain dan mencoba untuk menghitung berkah-berkah yang anda dapatkan, anda akan terkejut menyaksikan betapa banyak orang yang lebih menderita daripada anda. Singkatnya, anda telah terlalu membesar-besarkan penderitaan anda. Banyak yang lebih menderita daripada anda, tetapi mereka tidak terlalu mengkhawatirkannya. Metoda lain untuk mengatasi persoalan anda adalah mengingat apa yang pernah anda alami dengan keadaan yang sama atau lebih buruk daripada persoalan anda yang sekarang dan bagaimana anda, dengan kesabaran dan usaha anda dapat mengatasi kesulitan anda. Dengan demikian anda tidak akan membiarkan persoalan anda ‘menenggelamkan’ anda. Sebaliknya anda akan menyiapkan cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang anda hadapi. Anda harus menyadari bahwa anda telah melewati situasi yang lebih buruk dan anda telah siap dalam menghadapi persoalan apapun. Dengan pikiran seperti itu, anda segera akan memperoleh kembali kepercayaan diri anda dan akan dapat menghadapi dan menyelesaikan setiap persoalan anda.

(Dikutip dari majalah BUDDHA CAKKHU No.19/XI/90. Naskah Asli: How To Live Without Fear And Worry, Alih bahasa: Winata, Editor Jayadhammo)